Dari Jalanan ke Kursi Menteri, Kini ke Jeruji? Luka Para Junior untuk Noel

SuaraNegeri.com
Kamis, 21 Agustus 2025 | 17:12 WIB Last Updated 2025-08-21T10:12:56Z

SUARA NEGERI | JAKARTA — Malam ini, hati para kader dan junior bergetar hebat. Kabar penangkapan Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer, atau yang akrab disapa Noel, oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) lewat operasi tangkap tangan (OTT) seakan menghantam keras, mengubah suasana jadi muram, sendu, dan penuh kecewa.

Bagi kami, yang tumbuh bersama nama Noel, berita ini bukan sekadar headline di layar ponsel. Ini luka. Luka yang dalam. Sebab Noel bukan hanya pejabat, bukan sekadar politisi.

Ia adalah abang, mentor, dan panutan dalam jalan panjang perjuangan.

"Sedih banget dengernya. Nggak nyangka sosok yang selama ini jadi inspirasi malah kejerat kasus hukum. Tapi ya, inilah realitas. Kami sebagai junior tetap harus menghormati proses hukum," Songko, kader muda asal Blitar, yang pernah hidup bersama Noel di masa-masa aktivis jalanan.

Namun di balik kekecewaan itu, muncul suara-suara lain. Banyak yang percaya kasus ini tidak sesederhana yang tampak. Ada yang menilai ini jebakan politik, pusaran gelap yang sering kali susah dibuktikan di mata publik.

Pengamat hukum dari Universitas Airlangga, Dr. Rahmat Wibisono, bahkan menyebut ada potensi besar kepentingan politik dalam kasus Noel.

"Kalau kita lihat pola-pola OTT sebelumnya, sering muncul tanda intervensi," kata dia, disitat pada Kamis (21/8). 


Noel ini bukan figur kecil, dia aktivis jalanan yang dekat dengan lingkar kekuasaan. Spekulasi jebakan wajar muncul. Tapi ujungnya tetap, hukum yang menentukan, bukan opini publik.

Nada serupa datang dari aktivis 98, Arifin "Cak Ipul" Subagyo, rekan seperjuangan Noel di jalanan.

"Dulu Noel menampung anak-anak jalanan, termasuk juniornya Songko. Dia bukan tipikal orang yang main-main dengan uang. Makanya publik harus hati-hati. Bisa jadi ini jebakan, bukan sekadar soal hukum, tapi ada aroma politik," ujarnya.

Noel sendiri bukan tokoh sembarangan. Ia bagian dari sejarah politik kontemporer Indonesia sosok yang berdarah-darah di jalanan, rela pasang badan, bahkan menjadi garda depan ketika banyak orang menjauh. 

Noel adalah salah satu yang berani berdiri membela pasangan Prabowo – Gibran di tengah badai kritik, cemooh, dan cibiran.

Dan kini, melihat abang yang dulu berteriak lantang mengibarkan panji perubahan justru terjerat kasus, rasanya seperti disambar petir di siang bolong. 

"Luka ini tidak hanya karena seorang kader ditangkap, tapi karena cahaya yang dulu kami ikuti kini meredup begitu cepat," imbuhnya.

Sebagai Gen Z, lanjut dia, kami paham hukum harus ditegakkan. Tapi kami juga tidak bisa menutup mata: Noel pernah mengajarkan kami arti keberanian, loyalitas, dan bagaimana suara kecil bisa mengguncang hiruk-pikuk politik Indonesia.

"Kami kehilangan panglima di medan perang. Namun, support itu masih ada," pungkasnya. 

Bukan untuk melawan hukum, melainkan untuk menegaskan bahwa apa pun hasilnya nanti, Noel tetap punya arti besar dalam perjalanan kami. Di media sosial, seorang kader menulis penuh haru:

"Bang, kalau abang baca ini entah di mana, jangan pernah merasa sendirian. Kami tetap ada di sini .... mendoakan, mendukung, dan belajar dari kisah abang, baik yang indah maupun pahit,"

Kini, hukumlah yang akan bicara. Tapi satu hal yang tidak akan pernah hilang: rasa hormat, kenangan, dan air mata kami untuk Noel. Abang yang pernah mengajarkan arti berjuang sampai berdarah-darah demi sebuah cita-cita.(pin/by)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dari Jalanan ke Kursi Menteri, Kini ke Jeruji? Luka Para Junior untuk Noel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Trending Now