OJK: Perizinan Bank Syariah Muhammadiyah Sedang Dalam Tahap Akhir
0 menit baca
SUARA NEGERI | JAKARTA — Rencana pendirian Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) memasuki babak baru, dan kini prosesnya sedang dalam tahap akhir.
Hal itu disampaikan Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae, kemarin, di Jakarta.
Ia memastikan proses perizinan BSM sedang dalam tahap akhir.
"Iya sudah (diproses). Sepertinya sudah mau keluar (izinnya) ini, nggak lama lagi. Mungkin sebulan ini lah saya kira sudah keluar," kata dia.
Dian menjelaskan, model pengembangan BSM akan dimulai dari transformasi BPRS milik Uhamka dan secara bertahap dapat tumbuh menjadi bank umum.
"Nanti mudah-mudahan bisa begitu. Nanti mungkin sampai bank umum juga," imbuhnya.
Sebagai informasi, rencana pendirian Bank Syariah Muhammadiyah (BSM) dinilai sebagai bentuk koreksi terhadap dominasi tunggal industri keuangan syariah nasional oleh korporasi milik negara.
Menurut Pakar Ekonomi dari Universitas Andalas, Syafruddin Karimi, kehadiran BSM merupakan momentum penting untuk mengembalikan peran masyarakat sipil dalam membangun sistem keuangan Islam yang berorientasi pada umat.
"Dominasi pemain besar seperti BSI justru mempertegas kebutuhan akan hadirnya kekuatan baru yang berbasis masyarakat sipil, bukan korporasi negara," katanya.
Ia menilai, selama ini industri keuangan syariah terlalu terkonsentrasi pada entitas besar seperti Bank Syariah Indonesia (BSI) yang merupakan hasil konsolidasi bank BUMN.
Pendekatan top down semacam ini, menurutnya, justru berjarak dari kebutuhan riil masyarakat.
Berbeda dengan BSI, BSM lahir dari kekuatan akar rumput yang telah terbukti berperan aktif di bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial.
"Muhammadiyah memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh pemain besar seperti BSI, yaitu jaringan sosial, pendidikan, kesehatan, dan amal usaha yang hidup dan tersebar merata di seluruh Indonesia," ujarnya.
Keunggulan inilah yang membuat BSM kelak akan lebih representatif sebagai bank umat.
"Bukan hanya soal kelembagaan, tetapi juga ideologis yakni bank yang berpihak kepada masyarakat bawah, bukan semata-mata mengejar ekspansi aset atau margin keuntungan," pungkasnya.
Sementara kabar tentang rencana Muhammadiyah mendirikan bank umum syariah ramai diperbincangkan publik.
Gagasan ini cukup banyak mendapat respons positif, khususnya dari warga Muhammadiyah, yang menilainya sebagai langkah strategis untuk memperkuat ekonomi umat. (*)