Fadly Syarif: Stop Wacana Pemekaran Kabupaten Kepulauan Selayar, Hanya Buang-buang Energi!
0 menit baca
SUARA NEGERI | SELAYAR — Pemerhati lingkungan dan pembangunan Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, Fadly Syarif, S. I. Kom, akhirnya angkat bicara terkait wacana pemekaran Kabupaten Kepulauan Selayar.
Ia secara tegas menyatakan penolakan terhadap wacana pemekaran Kabupaten Selayar tersebut.
Mantan aktivis Gerakan Mahasiswa Pelajar Indonesia Tanadoang (GEMPITA SELAYAR) Periode 1998-2000 tersebut, mengecam dan mengutuk seluruh pihak yang berupaya memecah belah Kabupaten Selayar melalui wacana pemekaran.
Tak hanya menyatakan keberatan terhadap wacana pemekaran pulau. Fadly Syarif juga dengan terang terangan menolak upaya legalisasi kebijakan pemekaran dengan seluruh design regulasi pendukungnya.
Menurutnya, wacana atau kebijakan pemekaran pulau disebutnya merupakan bagian dari upaya nyata untuk memecah belah dan memiskinkan masyarakat, terutama warga daratan Selayar.
"Saya menilai wacana pemekaran ini merupakan bukti real ketidakmampuan pemerintah dalam menyusun serta mendorong kebijakan pemerataan pembangunan antara wilayah daratan dan kepulauan, termasuk dari segi pengalokasian porsi anggaran," kata Fadly Syarif, dalam keterangannya kepada SuaraNegeri.com pada Sabtu (5/7) malam.
Kebijakan ini, lanjut Fadly Syarif, merupakan bagian dari penghianatan perjuangan panjang sosok bupati Drs. H. Syahrir Wahab, MM yang sebelumnya telah berhasil mendorong perubahan nama Selayar menjadi kabupaten kepulauan yang disahkan melalui ketentuan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2008.
OLeh sebab itu, Fadly menyebut wacana pemekaran sebagai bagian dari upaya untuk memiskinkan dan memarginalisasi masyarakat dengan mempertimbangkan sebagian kekayaan hasil bumi dan sumberdaya perikanan laut yang asalnya dari pulau.
Komoditas seperti Kopra putih, komoditi pisang, buah nangka, dan jagung, disebutnya sebagai salah satu contoh bagian dari kekayaan komoditi hasil perkebunan yang berasal dari Pulau Kalao toa, Kecamatan Pasilambena.
Selain komoditi hasil perikanan, produk dampo, dan ikan kering ikut disebut berasal dari Pulau Kalao toa.
Ikan kering disebutnya berasal dari Pulau Karumpa, Kecamatan Pasilambena.
Sementara beras, kepiting, udang, dan gula merah disebutnya berasal dari Pulau Jampea.
Komoditi kacang hijau, dan kacang tanah, disebutnya berasal dari Pulau Kayuadi, Kecamatan Takabonerate.
"Kekayaan sumberdaya perikanan lain, dimiliki Pulau Tambolongan, Kecamatan Bontosikuyu yang terkenal sebagai penghasil ikan bolu. Potensi ikan air tawar dihasilkan dari dua lokasi tambak milik warga setempat," kata dia.
Selain komoditi pertanian dan perkebunan, lanjut Fadly, Pulau Tarupa, dan Pulau Panjang, Kecamatan Takabonerate, ikut disebut sebagai salah satu wilayah penghasil ikan kering dan sejumlah biota laut dalam jumlah besar.
Sedangkan Pulau Jinato disebut sebagai kampung nelayan penghasil ikan hidup dan komoditas biota laut.
Berdasarkan literasi tersebut, Fadly menegaskan rencana pemekaran Kabupaten tidak tepat dilakukan untuk saat ini.
Menurutnya, selain akan kehilangan sumber sumber potensi kekayaan daerah, wacana pemekaran pulau akan secara otomatis menanggalkan kepemilikan icond pariwisata dunia yang selama ini menjadi kebangaan Kabupaten Selayar dengan lepasnya Pulau Tinabo yang nota benenya merupakan kawasan Taman National pemilik karang atoll terbesar ketiga di dunia setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva Kepulauan Moldiva.
"Pulau pemilik karang atoll terluas Asia Tenggara ini, akan secara otomatis menjadi bagian kabupaten pulau. Dengan demikian, Kabupaten Selayar akan kehilangan salah satu icon pariwisata andalan dunia," tegas Pemimpin Redaksi TanadoangUpdate.com ini
Tak hanya terancam akan kehilangan kawasan Takabonerate. Akan tetapi, Kabupaten Selayar juga akan kehilangan pulau burung terbesar yang terletak di Pulau Kakabia, Kecamatan Pasilambena.
"Sebab itu, saya himbau para pemangku kebijakan untuk tidak lagi mewacanakan pemekaran Kabupaten Kepulauan Selayar, untuk saat ini, itu tak penting, hanya buang buang energi saja," tukasnya. (Nana Berty)