CLOSE ADS
CLOSE ADS

Israel Jadikan Konflik Dengan Iran Sebagai Kedok Tutup Masjid Al-Aqsa

SuaraNegeri.com
14 Juni 2025 | 06:45 WIB Last Updated 2025-06-13T23:46:28Z

SUARA NEGERI | YERUSALEM — Aoun Bazbaz, Direktur urusan internasional, diplomasi, dan pariwisata Islamic Waqf di Yerusalem, mengatakan Israel menjadikan perang dengan Iran sebagai kedok untuk menutup kembali Masjid Al-Aqsa.

Hal itu dikabarkan kantor berita Palestina Wafa, disitat pada Sabtu (14/6). 

"Pintu masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa ditutup militer Israel sejak Jumat, dan itu terjadi saat momen perang mereka dengan Iran," kata Aoun Bazbaz.

Dilaporkan sebelumnya, militer Israel menutup paksa seluruh akses masuk ke kompleks Masjid al-Aqsha di wilayah Palestina yang diduduki. 

Tentara zionis itu melarang siapa pun masuk ke dalamnya. Hingga akhirnya, sejumlah tentara menyegel gerbang masjid. 

Akibat ulah Israel ini, kaum Muslimin tidak dapat melaksanakan shalat Jumat di Masjid al-Aqsha, yang dihormati sebagai tanah suci ketiga bagi umat Islam sedunia. 

Keputusan Israel memblokade al-Aqsa diambil di tengah situasi konflik dengan Iran. 

Tak hanya itu, Tel Aviv juga menerapkan penguncian total di seluruh wilayah Tepi Barat yang diduduki saat ini.

Sumber-sumber lokal mengatakan bahwa pasukan Israel menyerbu masjid tersebut setelah shalat subuh pada hari Jumat untuk membersihkan area tersebut dari jamaah mana pun.

Militer Israel kemudian menyegel pintu masjid Al-Aqsa dan melarang jamaah memasuki masjid sebelum menutup gerbangnya, menurut saksi mata yang berbicara kepada Wafa.

Penutupan ini berarti jamaah Muslim tidak akan dapat melakukan shalat Jumat di masjid tersebut.

Aoun Bazbaz mengatakan khawatir Israel menggunakan eskalasinya dengan Iran sebagai kedok untuk mengambil alih kendali lebih jauh atas kompleks masjid Al-Aqsa.

"Israel mengklaim bahwa penutupan itu untuk ‘melindungi masyarakat’ tetapi hanya karyawan Waqf yang diizinkan memasuki al-Aqsa sejak itu," kata Bazbaz. 

"Masalah sebenarnya adalah, kami tidak menerima jaminan kapan tempat itu akan dibuka kembali. Ketidakpastian itu sangat mencurigakan," imbuhnya.

Menurutnya, tidak diragukan lagi bahwa Israel menggunakan kondisi perang saat ini untuk memberlakukan pembatasan baru dan menciptakan fakta baru di lapangan.

Sementara dunia dan khususnya dunia Islam berfokus pada Gaza dan Iran, Israel diam-diam memajukan rencananya di al-Aqsa.

"Selama lebih dari 20 tahun, mereka telah berupaya membagi masjid dalam hal waktu dan ruang, dan 99% dari rencana itu kini telah dilaksanakan. Jam-jam siang hari diperuntukkan bagi penggerebekan dan turis. Itu telah menjadi hal yang biasa," ujarnya.

Ia menyebutkan, Bab al-Rahma, bagian timur kompleks itu, telah diberi nama lain. Tempat itu secara efektif telah menjadi tempat ibadah bagi para pemukim sebuah kuil yang tidak dideklarasikan. Baru kemarin, mereka menari di sana, berterima kasih kepada Ben-Gvir atas apa yang telah dilakukannya di al-Aqsa.

"Sekarang, dengan adanya perang terhadap Iran, kami sangat khawatir bahwa pembatasan yang lebih ketat akan diberlakukan," pungkasnya.

Sebelumnya pada hari Jumat, Wafa melaporkan bahwa Israel telah menutup puluhan pos pemeriksaan militer dan gerbang di seluruh Tepi Barat, memblokir beberapa jalan sekunder antara kota-kota Palestina, desa-desa dan kota-kota dengan gundukan tanah.

Jembatan Allenby, juga dikenal sebagai Jembatan Raja Hussein, dan satu-satunya titik keluar bagi sebagian besar warga Palestina di Tepi Barat untuk bepergian ke luar negeri, juga ditutup oleh otoritas Israel pada hari Jumat.

Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Islam sebagai al-Haram al-Sharif, telah lama menjadi sumber ketegangan akibat penggerebekan yang sering dilakukan oleh kelompok pemukim Israel, yang didukung oleh pasukan Israel, ke kompleks tersebut, yang disediakan untuk ibadah umat Islam berdasarkan perjanjian yang telah lama berlaku.

Kelompok - kelompok sayap kanan Israel semakin mendorong akses dan kontrol atas situs tersebut, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, sebuah langkah yang dipandang oleh warga Palestina sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk mengubah status quo dan menegaskan kedaulatan Israel atas Yerusalem Timur yang diduduki.

Berdasarkan hukum internasional, Yerusalem Timur dianggap sebagai wilayah pendudukan, dan penutupan situs keagamaan utama tersebut menimbulkan kekhawatiran serius atas pelanggaran hak warga Palestina untuk beribadah dan kebebasan bergerak.

Kelompok hak asasi manusia telah lama mengecam penggunaan penutupan masjid sebagai bentuk hukuman kolektif dan tekanan politik. (red/foto: AFP)
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Israel Jadikan Konflik Dengan Iran Sebagai Kedok Tutup Masjid Al-Aqsa

Trending Now

Iklan