SUARA NEGERI | KENDAL — Pemerhati Ketenagakerjaan, Dani Satria, menilai peningkatan angka pengangguran yang masih terjadi di Indonesia menandakan perlunya pendekatan baru dalam upaya penanggulangan masalah ketenagakerjaan.
"Salah satu strategi yang perlu dilakukan adalah dengan pendekatan yang memfokuskan pada fulfillment (pemenuhan kebutuhan) karyawan, yaitu strategi pemenuhan kebutuhan tenaga kerja secara langsung dan terukur berdasarkan permintaan aktual dari pemberi kerja (job giver), baik sektor formal maupun informal," kata dia, dalam keterangannya yang diterima redaksi, pada Selasa (20/5).
Menurut Dani Satria, strategi hilir ini dinilai akan lebih efektif dalam pengurangan angka pengangguran apabila dibarengi dengan strategi hulu seperti penguatan iklim investasi dan pembangunan industri.
"Saat ini pemerintah perlu menggeser fokus ke arah strategi fulfillment karyawan. Ini bukan hanya soal membuka lapangan kerja baru, tetapi memastikan bahwa lowongan kerja yang sudah ada benar-benar bisa terisi oleh pencari kerja yang sesuai," katanya.
Caranya, lanjut Dani, dengan pendataan real-time kebutuhan tenaga kerja dari pemberi kerja atau job giver, kemudian langsung ditindaklanjuti oleh dinas ketenagakerjaan atau instansi terkait.
Dalam pandangan Dani, strategi ini dianggap relevan untuk menjawab tantangan utama pasar tenaga kerja di Indonesia saat ini. Dengan strategi pendataan lowongan kerja (loker) secara berkala dan langsung dari job giver, pemerintah bisa bertindak cepat untuk menyesuaikan pelatihan, penyediaan tenaga kerja dan turut membantu dalam penempatan kerja, sehingga peluang kerja tidak dapat dimaksimalkan.
"Strategi fulfillment karyawan akan menstimulasi pemerintah untuk memiliki target serapan tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan real time industri. Sehingga program sourcing, recruitment dan training akan lebih maksimal," imbuh Dani.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa jumlah pengangguran di Indonesia mengalami kenaikan. Pada Februari 2025, jumlah pengangguran terbuka mencapai 7,28 juta orang, naik sebanyak 38 ribu orang pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh lambatnya serapan tenaga kerja di beberapa sektor padat karya akibat ketidakpastian ekonomi global dan perlambatan investasi domestik.
"Fenomena ini memperkuat urgensi untuk mengembangkan pendekatan yang lebih responsif dan berbasis kebutuhan pasar tenaga kerja. Strategi fulfillment karyawan akan menjadikan pemerintah sebagai jembatan antara pencari kerja dan pemberi kerja, sehingga diharapkan mampu mempercepat proses penyerapan tenaga kerja," pungkasnya. (*)