Bola, Politik Dan Hiburan Rakyat

SuaraNegeri.com
02 April 2023 | 14:47 WIB Last Updated 2023-04-02T07:47:54Z

Catatan : Pinto Janir 

Dunia bola mirip dunia bumi. Sama sama bundar. Filsafat bola mirip filsafat bumi, di atas bumi tak ada yang tak mungkin.

Dunia bola dan dunia bumi adalah dunia bisa jadi. Bisa jadi menang, bisa jadi kalah.

Kita hanya bisa memprediksi. Hanya bisa berduga duga. Namun, dugaan atas pertandingan sepak bola , cendrung dan kental subjektif. 

Prediksi, adatnya objektif. Lahirnya sebuah prediksi karena data berkaca masa lalu yang memperkuat analisa. Dugaannya objektif.Bukan, rasa yang melahirkan harapan. 

Konklusinya, prediksi bukan harapan. Harapan bukan prediksi.

Dunia bola, dunia bisa jadi dan dunia harapan. 

Bisa jadi Perancis menang di akhir pertandingan. Bisa jadi sebaliknya. Argentina yang menang. 

Bisa jadi 2-0. Bisa jadi 2-1. Bisa jadi 2-2. Bisa jadi 3-2. Bisa jadi berakhir diadu pinalti . 

Sst...tak bisa dibayangkan apa dan bagaimana berduka dan terduduknya para pendukung Argentina jika Perancis menang.  Dan kalau Perancis menang, itulah kekalahan paling menyakitkan bagi Argentina dan pendukungnya.

Tapi, kalau Argentina menang, kemenangan Argentina adalah kemenangan " biasa". Mengapa? Karena, dugaan umat berpihak pada kemenangan untuk Argentina! 

Pokoknya, skor bola itu bisa jadi. Ya, bisa jadi ! 

Namun begitu, para pendukung berharap tim yang ia dukung, menang.

Bola dan politik. Ini lebih asyik. Konsepnya, sama sama merebut bola di kaki lawan. Politik, merebut bola di kaki lawan. Bola, merebut politik di kaki lawan. 

Dalam politik ada kilik, dalam kilik ada politik. Istilah blunder di politik, berawal dari istilah blunder di sepakbola. 

Politik dan bola sama sama berlaga. Sama sama menyerang.Sama sama bertahan. 

Politik, bola, hiburan rakyat , bumi dan seni.

Main bola itu seni. Seni "akrobatik" . Seni mengecoh lawan. Seni mengarak bola. Seni menyarangkan bola. Seni bermanuver.

Kalau bolanya sepakbola adalah karet atau kulit bulat berisi udara, maka bolanya bola politik adalah pikiran. Sarangnya, otak benak dan hati. 

Politik adalah menyarangkan pikiran, doktrin/ajaran ke otak benak massa ! 

Sebenarnya, filsafat bola dan politik itu banyak kesamaan. Dalam bola ada banyak atau berjenis olahraga. Ada melompat, berlari, bahkan ada juga karate atau taekwondo di sepakbola, dll.

Bola dan politik itu mirip . Sama sama berpotensi melahirkan " perpecahan" dan perkelahian.

Atas segala apa yang terjadi di dunia politik dan sepakbola, kita tak perlu heran. Namanya saja, dunia bisa jadi. 

Tak perlu heran, bila dunia ini berpotensi bikin gila. Gila politik. Gila bola. Gilanya sama. Sama sama gila. Sama-sama berpotensi menciptakan fanatik buta bagi pendukungnya. 

Tak perlu heran. Dunia politik dan dunia bola adalah dunia macam macam. Macam macam itu biasa. Itu adatnya dunia. Dunia yang penuh keragaman. Dunia yang penuh warna warni. Adalah dunia kita yang bisa jadi dengan segala macam macam yang terjadi.

Para pecandu,pendukung sepakbola adakalanya jauh lebih militan dan lebih solid serta lebih fanatik dari militansi dan solidaritas serta fanatisme kader politik . 

Tak bisa dipungkiri, bola adalah hiburan rakyat sedunia.

Yang jelas, karena fanatik buta, jangan jadikan pula bola sebagai " agama " karena kecanduan yang berlebihan. Begitu juga sebaliknya, agama jangan sampai disangkut sangkut pautkan dengan bola. Bola ya bola. Agama ya agama. 

Bola itu pertandingan di lapangan hijau. Pemain 11 orang. Agama itu adalah
 " pertandingan" untuk kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 

" Pemainnya" seluruh umat yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Bola itu berlomba lomba mencetak gol ke gawang lawan.
Agama itu menyerukan berlomba lomba menyebarkan kebaikan dan kebajikan untuk hidup bahagia dunia dan akhirat...

Dalam bola. Dalam hidup. Dalam politik. Dalam itu ada, pertaruhan atau perjudian. Pertaruhan nasib utk jadi pemenang, bukan pecundang! 

Yang penting jangan jadi penganut fanatik buta ulah propaganda pikiran yang kejam. 
Jangan jadi korban dan tergolong kepada orang yang suka marah marah kalau orang lain berbeda pilihan dengannya.

Orang memilih dengan akal dan pikiran serta hati, sementara para kaum fanatik buta memilih karena " cuci otak " dari kejahatan propaganda ! 

Kita semestinya, tak boleh dan tak gampang dipecah pecah asalkan kita tetap pada rel hati dan pikiran.

Kalau terjadi perpecahan karena beda dukungan dan pilihan, maka apa yang dapat menyatukannya?

Adalah seni dan budaya...kemudian bola ! 

Salam solidaritas untuk bangsa yang kuat !

Salam Pinto Janir
18 Desember 2022

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bola, Politik Dan Hiburan Rakyat

Trending Now

Iklan