Prof. Arif Hidayat Sampaikan Kuliah Kebangsaan di Denpasar

SuaraNegeri.com
Senin, 08 Desember 2025 | 09:15 WIB Last Updated 2025-12-08T02:15:09Z

SUARA NEGERI | DENPASAR — Ketua Umum Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI) sekaligus tokoh penting dalam sejarah Mahkamah Konstitusi, Prof. Arif Hidayat, tampil sebagai pembicara utama dalam Kuliah Kebangsaan yang digelar di Istana Pancawarna, Museum Bung Karno, Tampaksiring, Bali, Sabtu (6/12/2025).

Sebagai sosok yang pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi dua periode, periode pertama 14 Januari 2015–14 Juli 2017 dan periode kedua 14 Juli 2017–1 April 2018, serta sebelumnya menjabat Wakil Ketua MK pada 6 November 2013–12 Januari 2015, rekam jejak Prof. Arif dalam menjaga marwah konstitusi telah menjadi rujukan nasional. 

 


Ia mengemban amanah sebagai Hakim Konstitusi selama dua periode penuh (2013–2026), menjadikannya salah satu figur paling berpengaruh dalam sejarah lembaga tersebut.

Kehadirannya dalam kuliah kebangsaan ini bukan hanya menambah bobot intelektual acara, tetapi juga memperkuat inspirasi bagi generasi muda yang tengah mencari arah di tengah perubahan zaman.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Arif menerima kehormatan istimewa berupa pemakaian Toga Guru Besar Universitas Marhaen, simbol penghargaan atas dedikasinya menjaga ruh konstitusi, konsistensinya membangun tradisi intelektual progresif, serta keberpihakannya pada nilai-nilai Marhaenisme dalam ruang publik.

Upacara pemakaian toga berlangsung khidmat di hadapan para akademisi, budayawan, dan ratusan mahasiswa. Atmosfer ruang Istana Pancawarna kian menyala ketika sesi dibuka dengan pemutaran rekaman pidato Bung Karno. Salah satu kutipan yang menggetarkan ruangan berbunyi:

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.”

Kutipan itu menjadi pengingat bahwa perjuangan intelektual dan moral selalu menuntut keberanian untuk berpihak pada kebenaran dan rakyat kecil. Semangat tersebut menyatu dalam narasi kuliah kebangsaan yang disampaikan Prof. Arif.

Dalam kuliah bertajuk “Negara Berkebudayaan dan Tantangan Kebangsaan di Era Baru," Prof. Arif menegaskan perlunya mengembalikan konstitusi sebagai kompas moral bangsa. 
Ia mengajak mahasiswa menjadi insan akademik yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi memiliki keberpihakan pada kemanusiaan, keadilan, dan kaum marhaen.

"Mahasiswa harus menjadi tiang moral republik, bukan penonton perubahan," tegasnya.

Kegiatan ini sekaligus menegaskan komitmen Universitas Marhaen untuk merawat warisan pemikiran Bung Karno dan memperluas ruang dialog kebangsaan di Bali serta seluruh Indonesia. 

Kuliah kebangsaan ini menjadi momentum penting dalam menyatukan kembali semangat intelektual, kebangsaan, dan keberpihakan pada rakyat, sebagaimana pesan Bung Karno:

"Berikan aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Tapi berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." (by)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Prof. Arif Hidayat Sampaikan Kuliah Kebangsaan di Denpasar

Trending Now

Iklan