SUARA NEGERI | PADANG — Krisis air bersih dirasakan masyarakat korban banjir dan longsor di Sumatera pada beberapa hari terakhir ini.
Tim Penanggulangan Bencana yang juga anggota DPR Alex Indra Lukman saat terjun ke lokasi bencana, utamanya di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara.
Menurutnya, Wilayah itu merupakan salah satu titik terparah terdampak bencana banjir dan longsor di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Di kecamatan ini, Alex menurunkan 25 orang personel terdiri dari 2 dokter, 4 perawat dan 2 administrator serta 17 orang non-medis.
"Dalam dua hari masa tugas di Bayang Utara ini, tim melakukan layanan medis, pembagian sembako, pakaian, pembalut, pakaian dalam, kerja bakti dan inventarisasi dampak bencana di sektor pertanian dan perikanan," kata Koordinator Tim Penanggulangan Bencana Alex Indra Lukman, dan Farid Anshar Alghifari, dalam keterangannya hari ini.
Diketahui, di kecamatan ini terdapat tiga nagari (desa-red) yakni Muaro Aie, Pancung Taba dan Limau Gadang telah kehilangan pasokan listrik sejak banjir bandang dan tanah longsor melanda. Begitupun dengan jaringan internet.
Terhitung mulai hari ini, Nagari Pancung Taba yang jadi lokasi posko Tim Penanggulangan Bencana Alex Indra Lukman, telah terisolir total karena akses jalan ke nagari ini putus diterjang air sungai yang debitnya kembali besar seiring hujan yang turun sejak Rabu pagi.
Secara terpisah, langkanya air bersih di tengah masyarakat korban bencana juga diakui Ketua PDIP Kota Padang, Albert Hendra Lukman.
Ia berharap akan tersedia air bersih dari 5 aliran sungai utama yang melintasi ibu kota provinsi Sumatera Barat yakni, Batang (sungai) Arau, Kuranji, Tarung, Kandis dan Lagan dengan 16 sungai kecil yang jadi anak sungainya, juga nyaris tak mungkin.
Hampir setiap hari, ungkap anggota DPRD Sumbar itu, terhentinya produksi air bersih PDAM serta air sungai yang terus keruh selang 14 hari pascakejadian banjir, membuat permintaan air bersih tak kunjung berhenti.
"Warga bahkan ada yang menawar, bersedia membayar ratusan ribu rupiah untuk 1 tandon air ukuran 1200 liter yang kita bagikan gratis itu," jelasnya.
"Ini adalah salah satu dampak bencana hidrometeorologi yang tak kasat mata, namun nyata terjadi di tengah korban bencana," ungkap Albert tentang dinamika berbagi air bersih gratis yang terjadi di lapangan.
Pendistribusian air dilakukan dengan mobil pickup yang membawa tandon air. Jika beruntung, dilakukan dengan cara menyewa truk tangki dengan kapasitas 5 ribu liter bahkan lebih.
"Distribusi air bersih ini dilakukan sesuai permintaan yang masuk pada Posko Darurat Banjir di kantor DPC PDI Perjuangan Kota Padang, kawasan Ulak Karang. Dimanapun lokasinya, air kami usahakan dikirim memenuhi permintaan warga terdampak bencana," pungkas Albert.
Sebagian masyarakat kini hanya berharap dari penampungan Air Hujan. Mereka membuat semacam sistem Rain Water Harvesting (RWH) dengan menggunakan talang dan drum atau galon.
Pemulihan Sumber Air menjadi sangat urgen saat ini, mengingat upaya membersihkan sumur yang tercemar lumpur dan limbah butuh waktu cukup lama. Sementara kebutuhan MCK saat mendesak. (rl/via)


