SUARA NEGERI | JAKARTA — Pendamping desa jangan hanya ditempatkan sebagai fasilitator teknis. Dengan skala rekrutmen sebesar itu, mereka bisa dibentuk sebagai agen penguatan kapasitas, pembinaan karakter, sekaligus komponen cadangan (komcad) yang siap untuk penanggulangan bencana maupun penguatan layanan publik.
Demikian hal tersebut disampaikan Pengamat kebijakan publik dari Semar Strategic Center (SSC), Tunjung Budi Utomo, dalam keterangan tertulisnya, pada Jumat (3/10).
Selain menyoroti rekrutmen pendamping desa yang jumlahnya mencapai 35 ribu orang lebih, menurutnya bisa menjadi kekuatan strategis jika diarahkan dengan visi yang lebih luas.
Namun sayangnya, Ia menilai program Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal (Kemendes PDT) masih minim inovasi.
Tunjung Budi Utomo menyebutkan, distribusi pendamping desa di seluruh Indonesia bisa jadi modal penting dalam pembangunan nasional.
"Data Kemendagri mencatat Indonesia memiliki lebih dari 75 ribu desa/kelurahan, sehingga keberadaan pendamping sebenarnya bisa menjadi game changer bagi pembangunan desa," kata dia.
Namun, kata Tunjung, selama ini penguatan pendamping desa lebih banyak berfokus pada aspek administratif dan penyaluran dana desa.
"Sementara Kurikulum mereka minim sentuhan karakter, etika publik, kepemimpinan lokal, apalagi kesiapsiagaan. Padahal jika dilatih dasar tanggap darurat dan kepemimpinan, mereka akan menjadi cadangan sumber daya manusia nasional yang siap digerakkan," ujarnya.
Tunjung menambahkan, kerangka hukum komponen cadangan sudah tersedia melalui Kementerian Pertahanan.
"Artinya, ada peluang bagi Kemendes untuk bekerja sama merancang pola pelatihan non tempur, misalnya logistik kemanusiaan, mitigasi bencana, dan penguatan ketahanan sosial di desa," pungkasnya. (rl)