SUARA NEGERI | JAKARTA — Dalam beberapa mitos dan kepercayaan budaya di Indonesia atau di daerah lain, jika cermin pecah umumnya dianggap sebagai pertanda buruk, seperti musibah, kematian, atau kesialan yang berlangsung lama.
Namun, tidak ada dasar ilmiah untuk kepercayaan ini, melainkan merupakan bagian dari tradisi simbolis yang menunjukkan perubahan dalam hidup atau pesan spiritual dari alam semesta.
Mitos dan Kepercayaan di Berbagai Budaya
Di Indonesia: Di beberapa daerah, memecahkan cermin diyakini dapat membawa musibah atau kematian, terutama dalam kepercayaan Jawa.
Di Barat: Di banyak budaya Barat, cermin pecah secara tradisional dikaitkan dengan tujuh tahun kesialan.
Di Cina: Kepercayaan Cina menganggap cermin sebagai penangkal roh jahat, sehingga cermin pecah berarti penghalang antara dunia manusia dan roh telah rusak, membuka jalan bagi roh jahat untuk masuk.
Di Jepang: Di Jepang, cermin dikaitkan dengan dewa-dewi dan roh leluhur. Pecahnya cermin dapat diartikan sebagai hilangnya perlindungan atau kemarahan para dewa.
Di India: Mitos ini dikaitkan dengan konsep karma, di mana karma buruk akan menimpa orang yang memecahkan cermin.
Interpretasi Spiritual dan Psikologis
Perubahan Hidup: Dalam sudut pandang psikologis dan spiritual, cermin yang pecah bisa melambangkan akhir dari suatu fase kehidupan atau perubahan yang tak terhindarkan.
Pesan dari Alam Semesta: Beberapa orang melihat benda pecah sebagai pesan dari alam semesta yang mendorong introspeksi diri dan melepaskan emosi negatif, serta mengingatkan untuk mengevaluasi kembali arah hidup.
Fakta Ilmiah
Tidak Ada Dasar Ilmiah: Mitos tentang cermin pecah tidak didukung oleh bukti ilmiah dan lebih merupakan keyakinan budaya yang bersifat simbolis.
Penyebab Fisik: Cermin bisa pecah secara fisik karena faktor seperti perubahan suhu yang drastis, tekanan eksternal, atau ketidak sempurnaan dalam proses pembuatan kaca. (Sri Sinten)