SUARA NEGERI | BREBES — Beredar kebijakan salah satu Madrasah di Brebes yang menerbitkan adanya surat angket program MBG akhirnya ditarik kembali.
Penarikan itu didasari dari hasil diskusi yang diketahui ternyata terjadi mis-komunikasi.
Jenab Yuniarti, Bagian Humas Madrasah dimaksud menjelaskan, diterbitkanya angket itu didasari adanya murid yang alergi, dan juga adanya mis-komunikasi.
"Mengeluarkan angket adalah karena dilapangan ditemukan anak anak kami ada beberapa yang alergi terhadap makanan, diantaranya adalah telor, kemudian ada anak diketahui dari kecil tidak makan nasi," kata dia.
"Alhamdulilah respon dari wali murid sangat bagus sekali adanya angket tersebut, karena bisa memberitahukan bahwa anaknya ada kendala dari makanan," ujar Jenab usai diskusi dengan Tim MBG Brebes, Senin (15/9) di kantornya.
Sementara itu ditegaskan Kordinator Wilayah MBG Brebes, Arya, Surat yang beredar bukan dari BGN (Badan Gizi Nasional)
"Surat yang beredar adalah surat angket, Itu adalah bukan dari BGN," kata Arya.
Namun dirinya menilai maksud sekolah tersebut adalah baik. "Sebenarnya maksudnya baik karena mungkin ada anak anak yang alergi atau mungkin ada masalah kesehatan lain, dari ini nanti kami akan koordinasi dengan SPPGnya (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) untuk memperhatikan hal itu," kata Arya.
"Yang menjadi polemik ketika ada Kejadian Luar Biasa (KLB), jadi BGN (Badan Gizi Nasional) juga tidak lepas tangan ketika ada KLB dan tetap bertanggung jawab," lanjutnya.
Di Kabupaten Brebes sendiri seperti diterangknya ada 40 dapur yang sudah operasional, dan selama ini aman kondusif karena sesuai SOP ( Standard Operating Procedure) atau prosedur operasi standar yang mengatur seluruh aspek operasional dapur, mulai dari kebersihan personel, penyiapan, pengolahan, pengemasan, hingga distribusi makanan bergizi untuk siswa, dengan tujuan utama memastikan keamanan pangan, efisiensi, dan kualitas gizi makanan yang disajikan.
"Kita bekerja sama dengan Dinas Kesehatan terutama dalam pengadaan pangan. Jadi sebelum kita mendistribusikan makanan ke sekolah, kita memilih bahan bahan terbaik, kemudian diolah dengan keamanan pangan yang baik juga dengan SDM yang sudah bersertifikasi," jelasnya.
Setelah melalui itu, lanjut dia, pengiriman juga sudah melalui uji organik.
"Ketika makanan itu dianggap tidak layak, SPPG harus menarik kembali dan menggantikan dengan SOP seperti itu diharapkan di Kabupaten Brebes tidak terjadi KLB, dan Alhamdulilah sampai saat ini tidak ada terjadi," pungkasnya.
Terpisah Kemenag Brebes melalui Kasi Pendidikan Madrasah, Mad Sholeh sehari sebelumnya langsung memerintahkan untuk ditarik kembali
"Begitu saya tahu, langsung saya instruksikan untuk ditarik," terangnya saat dihubungi terpisah.
Menurut Mad Sholeh, tujuan awalnya adalah untuk mendata siswa yang alergi pada makanan tertentu, sehingga pihak Madrasah mengeluarkan kebijakan itu. (Roni)