SUARA NEGERI | YOGYAKARTA — Presiden Prabowo dan Presiden Macron dijadwalkan mengunjungi Candi Borobudur pada Kamis (29/5) siang ini.
Kunjungan ini merupakan permintaan khusus dari pemerintah Prancis sebagai bentuk apresiasi terhadap warisan budaya dunia di Indonesia.
Kunjungan ini menandai 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Prancis serta penguatan kemitraan strategis yang telah terjalin sejak 2011.
Sejumlah kesepakatan telah diteken dalam pertemuan sebelumnya, termasuk empat deklarasi bersama dan 11 nota kesepahaman (MoU) yang mencakup sektor energi, kebudayaan, transportasi, mitigasi bencana, serta pertahanan.
"Presiden Prancis Emmanuel Macron dijadwalkan mengunjungi Akademi Militer (Akmil) Magelang dan Candi Borobudur hari ini," kata Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO), Hasan Nasbi kepada awak media, hari ini.
Ia menyebutkan, terkait agenda lawatan di Borobudur, pemerintah RI telah menyiapkan sejumlah fasilitas penunjang yakni stair lift di kawasan candi untuk menyambut kunjungan kenegaraan Macron.
Hasan Nasbi menyebut pemasangan stair lift di Candi Borobudur sebagai bagian dari protokol kunjungan kenegaraan dan efisiensi waktu.
"Presiden Prancis tentu dalam kunjungan kenegaraan waktunya terbatas. Bukan kayak kita kalau liburan ke Borobudur seharian di situ. Waktunya ketat, sehingga juga disiapkan fasilitas untuk memudahkannya agar bisa menapaki setiap tingkat yang ada di Borobudur," kata dia.
Sebelumnya, Macron mengungkap akan ada penandatanganan kesepakatan yang dilakukan bersama dengan Presiden Prabowo Subianto selama kunjungannya di Borobudur.
Pelaku usaha wisata atau stakeholder pariwisata menyambut baik atas kunjungan Presiden Prancis tersebut.
"Ini luar biasa, efek kunjungan Macron ke Candi Borobudur hari ini jelas akan mendongkrak pariwisata Indonesia," kata Sutrisno, usahawan Pariwisata Yogyakarta kepada Suara Negeri, pada Kamis (29/5).
Menurutnya, pelaku usaha wisata yang memiliki kepentingan merasa terbantu atas publikasi media luar negeri yang menyertai rombongan presiden Francis tersebut.
"Kami merasa bersyukur karena dampaknya terhadap perkembangan dan keberlanjutan pariwisata di Jateng dan DIY tentu akan lebih baik lagi," kata Sustrisno.
Ia menyakini bahwa Stakeholder pariwisata bisa terlibat langsung seperti pengusaha hotel, agen perjalanan, pemandu wisata, dan masyarakat lokal yang terkena dampak pengetatan anggaran bergairah lagi, jika aktivitas pariwisata kembali hidup.
Sebagai informasi, pada tahun 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia mencapai 14 juta orang, menurut Statista.
Kunjungan wisman pada tahun 2024 bahkan mencapai rekor tertinggi dalam 5 tahun terakhir. Dan jika dirunut dominasi Kebangsaan masih didominasi wisatawan dari Malaysia, Australia, dan Tiongkok yang merupakan kontributor terbesar dalam kunjungan wisman ke Indonesia selama tahun 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat pertumbuhan kunjungan wisman mencapai 1,17 juta kunjungan, naik 9,99% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk sebesar 1.041.861 terdiri dari 859.797 kunjungan atau 82,53% melalui pencatatan imigrasi dan 182.064 kunjungan atau 17,47% melalui pencatatan Mobile Positioning Data pada pintu masuk perbatasan. (edi/red)