SUARA NEGERI | SURABAYA — Dalam acara Silaturahmi Habaib Kiai dan Tokoh Partai Persatuan Pembangunan (PPP) se-Jawa Timur yang digelar pada Sabtu, 18 Oktober 2025 di Surabaya, dihadiri lebih dari 30 kiai, ulama, dan habaib dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Forum ini menjadi ruang konsolidasi dan evaluasi mendalam terhadap eksistensi dan masa depan partai berlambang Kabah tersebut.
Acara dibuka KH Abdurohim yang prihatin atas kemunduran PPP yang kini tidak ada lagi di Senayan.
Menurut Kiai Sepuh yang istiqomah bersama PPP ini, banyak kesalahan fundamental terutama tidak menyerap Aspirasi umat dan pengurusnya berpolitik demi kepentingan kekuasaan pribadi.
"PPP harus di reformasi total seruNya," tandas KH Abdurohim.
Selanjutnya puncak acara menampilkan Habil Marati yang pernah Bendum PPP era Ketum Hamzah Haz, juga di DPR selama 2 periode.
Habil Marati menyampaikan kesaksian sejarah panjangnya bersama PPP, mulai dari keterlibatannya sebagai Majelis Pakar di akhir 1990-an, perannya sebagai Bendahara Umum pasca Muktamar 1999, hingga pengalamannya dalam mendukung pemenangan calon-calon partai dalam berbagai kontestasi politik nasional.
"Saya ini orang Sulawesi. Saya berbicara berdasarkan fakta, bukan kepentingan. PPP dulu adalah partai yang penuh ideologi, tetapi sekarang telah menjadi kendaraan yang dieksploitasi oleh mereka yang hanya ingin menikmati kekuasaan," ungkap Habil dalam orasinya.
Ia juga mengungkapkan sejumlah fakta tentang dinamika internal partai, mulai dari ketidak-efektifan pengurus dalam membangun basis suara, manipulasi dalam pencalonan figur eksternal, hingga penyalahgunaan dana saksi dalam berbagai pemilu.
Lebih lanjut, Habil menegaskan bahwa keterpurukan PPP bukan disebabkan oleh ideologi atau basis umat, tetapi oleh perilaku kader yang tidak loyal dan hanya menjadikan partai sebagai alat personal.
"PPP tidak jatuh karena kekalahan ideologis. PPP hancur karena dikelola oleh orang-orang yang tidak pernah membesarkan partai, tapi justru mengeksploitasi partai untuk fulus, bukan perjuangan," tegasnya.
Habil juga menyoroti kegagalan PPP dalam membaca peta politik nasional, termasuk keputusan-keputusan kontroversial dalam mendukung calon kepala daerah atau presiden yang justru merugikan posisi politik partai.
Ia menyayangkan bahwa PPP sebagai partai berbasis Islam justru beberapa kali memberikan dukungan kepada tokoh yang tidak sejalan dengan nilai dasar partai dan konstituen tradisionalnya.
Terkait masa depan PPP, Habil mengajak para kiai dan tokoh-tokoh partai di Jawa Timur untuk tidak lagi tinggal diam. Ia mendorong adanya gerakan penyelamatan partai dari dalam, termasuk menolak hasil muktamar yang dianggap cacat legitimasi dan menginisiasi perombakan total struktur pengurus yang tidak produktif.
"PPP harus kembali menjadi partai perjuangan, bukan partai yang hanya dijadikan kendaraan sementara oleh mereka yang ingin meraih jabatan. PPP ini amanah ulama, bukan alat transaksi politik," tandas Habil.
Di akhir pernyataannya, Habil Marati menyatakan komitmennya untuk terus memperjuangkan kemurnian PPP dan mendukung kepemimpinan nasional di bawah Prabowo Subianto, namun dengan syarat bahwa PPP harus berdiri tegak dengan prinsip dan marwahnya sendiri.
"Kita wajib mendukung Prabowo, bukan karena sekadar politik kekuasaan, tapi sebagai bagian dari siasah umat. Tapi ingat, PPP harus dibersihkan dulu. Jika tidak, kita akan mengulang siklus kehancuran," tutup Habil Marati.
Habil Marati berkata PPP harus bersama Prabowo mendukung program kerakyatan, bila perlu terus mendukung asalkan tidak bersama Gibran di Pilpres mendatang.
Habil Marati berharap adanya persatuan 3 tokoh Bangsa Prabowo, Anies Baswedan dan Gatot Nurmantyo.
"Bila ketiganya bersama akselarasi tujuan berbangsa akan terwujud," kata dia.
Acara yang di pandu Kh Muhid Effendy berlangsung dengan dinamis, banyak tokoh yang lontarkan gagasan.
Akhirnya forum sepakat PPP harus di selamatkan dengan menolak hasil Muktamar PPP ke 10 Ancol.
Mengamanatkan Habil Marati bersama para inisiator acara untuk lakukan konsolidasi ke seluruh Indonesia untuk melaksanakan Muktamar ulang PPP.(Aji)