Ketika Al-Qur’an Bernyanyi: CReToN dan Jalan Sunyi M. Saiyid Mahadhir dalam Menggali Tradisi Melayu

SuaraNegeri.com
Selasa, 21 Oktober 2025 | 21:50 WIB Last Updated 2025-10-21T14:50:24Z

SUARA NEGERI | PALEMBANG — Program Pascasarjana Peradaban Islam S3 Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah kembali melahirkan seorang doktor baru. 

Kali ini, M. Saiyid Mahadhir, pendiri Ngajee, berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Difusi Inovasi Ngaji Lagu pada Masyarakat Ogan Ilir Sumatera Selatan” dalam sidang terbuka promosi doktor, Selasa, 21 Oktober 2025.

Sidang promosi dipimpin oleh Prof. Dr. Hamidah, M.Ag, dengan promotor Prof. Dr. Abdullah Idi, M.Ed dan co-promotor Dr. Muhammad Noupal, M.A. 

Adapun tim penguji terdiri dari para akademisi terkemuka: Prof. Dr. Izomiddin, M.A, Prof. Dr. Muhajirin, M.Ag, Prof. Dr. Muhammad Adil, M.A, serta Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al Munawar, M.A, yang juga dikenal sebagai Menteri Agama RI periode 2001–2004.

Dalam pemaparannya, Saiyid menjelaskan dengan sistematis gagasannya mengenai difusi inovasi Ngaji Lagu, hingga melahirkan teori baru yang ia sebut Culture Resonance Theory of Nagham (CReToN).

Teori CReToN menggambarkan bagaimana Ngaji Lagu atau Nagham al-Qur’an, sebagai sebuah sistem budaya dan spiritual yang kompleks, dapat tumbuh, berkembang, dan berevolusi melalui berbagai saluran komunikasi, hingga beresonansi dengan nilai-nilai sosial, budaya, dan keagamaan di masyarakat.

"Ngaji lagu, khususnya di Ogan Ilir, merupakan pintu utama dari sekian banyak pintu penyebaran keilmuan dan tradisi Islam Melayu. Saking melekatnya budaya ini, masyarakat tetap melantunkan ngaji lagu meski dengan tajwid yang belum sempurna, karena bagi mereka yang penting adalah belagu. Tradisi ini telah menjadi ritual yang hidup dan mengakar dalam jiwa masyarakat Ogan Ilir," ujar Saiyid dalam pidatonya.

Menurutnya, ngaji lagu bagi masyarakat Ogan Ilir memiliki fungsi sosial dan spiritual, menambah nuansa religius, menjadi media dakwah melalui seni, melambangkan kemuliaan sebuah acara, serta memperkuat identitas keislaman masyarakat Melayu.

Dalam penelitiannya, Saiyid melakukan penelusuran sejarah (heuristic) di empat kecamatan: Indralaya Induk, Indralaya Utara, Indralaya Selatan, dan Tanjung Batu. 

Ia menghimpun berbagai sumber seperti buku, majalah, foto, hingga dokumentasi video, serta melakukan wawancara mendalam dengan para kiai, ustadz, guru ngaji lagu, dan tokoh masyarakat setempat.

Hasil penelitiannya memberikan kontribusi nyata bagi para difusor dan penggerak tradisi Ngaji Lagu, agar mampu memaksimalkan proses penyebaran inovasi keislaman melalui pendekatan yang sesuai dengan karakter sosial dan budaya masyarakat.

Tak berhenti di ranah akademik, Saiyid bersama adiknya sekaligus Co-Founder Ngajee, Anas Roiyan, serta dua sahabatnya, Ahmad Huazi dan Ahmad Mizuar, kini tengah mengembangkan Kampung Ngajee, sebuah gerakan berbasis komunitas yang berfokus pada pengembangan pembelajaran keislaman Melayu dan pembelajaran Al-Qur’an secara inklusif serta kontekstual di pedesaan.

Melalui Kampung Ngajee, mereka berupaya menghadirkan ruang belajar Al-Qur’an yang tidak hanya menekankan pada ketepatan bacaan, tetapi juga keindahan irama, makna spiritual, dan keterhubungan budaya lokal.

"CReToN bukan hanya teori, tetapi juga gerakan nyata. Kami ingin menghidupkan ngaji dan ngaji lagu sebagai budaya yang menyatukan ilmu, seni, dan spiritualitas," ungkap Saiyid penuh semangat.

Salah satu peserta sidang promosi yang hadir menyampaikan kesan mendalam atas penelitian tersebut.

"Saya melihat ini bukan sekadar penelitian akademik, tetapi cerminan cinta terhadap Al-Qur’an dan kebudayaan lokal. Teori CReToN bukan hanya mengurai fenomena ngaji lagu, melainkan juga membuka jalan bagi pelestarian tradisi Islam Melayu yang adaptif terhadap zaman," ujarnya.

Dengan keberhasilannya meraih gelar Doktor Peradaban Islam, M. Saiyid Mahadhir tidak hanya menambah deretan akademisi yang lahir dari bumi Sumatera Selatan, tetapi juga memperkaya khazanah keilmuan Islam di Indonesia.

Melalui Ngaji Lagu dan Kampung Ngajee, Saiyid dan rekan-rekannya bertekad menjadikan tradisi Qur’ani ini sebagai medium dakwah yang hidup, indah, dan membumi, tempat ilmu, seni, dan spiritualitas berpadu dalam harmoni.(anroi/by)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Ketika Al-Qur’an Bernyanyi: CReToN dan Jalan Sunyi M. Saiyid Mahadhir dalam Menggali Tradisi Melayu

Trending Now

Iklan